Senin, 19 Desember 2011

ES B: PEMIKIRAN EKONOMI MAKRO


PEMIKIRAN EKONOMI MAKRO
MAKALAH
Diajukan untukMemenuhiTugas Mata Kuliah
Teori Ekonomi Makro 2

Oleh:
Reza Robbiyansyah  C04210060
Septian irwanto              C04210061
Ning Mas Zakkiyah        C04210062
Didanul Qurai’i               C04210063

Dosen:
Agus Miftakhus S, SE. MSc

­FAKULTAS SYARIAH
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2011
Kata Pengantar
Puji syukur kami limpahkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Pemikiran Ekonomi Makro ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, Nabi akhir zaman. Amin…..
Manusia sebagai makhluk sosial, tak lepas dari bantuan dan bimbingan orang lain. Maka dari itu saya selaku penyusun makalah Pemikiran Ekonomi Makro ini, mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Dengan selesainya makalah ini saya berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, khususnya bagi para pembaca.
Sebagai manusia biasa saya sadar bahwa pembuatan makalah tentang Pemikiran Ekonomi Makro ini masih jauh dari sempurna. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, dan kelemahan adalah milik kita sebagai makhluk. Maka dengan demikian demi terciptanya makalah yang lebih baik untuk kedepan, kami mohon sekiranya para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua. Amin….

Desember 2011
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar ……………..............................................................................................i        
Daftar Isi ………………………………………………………………………………...ii
BAB I ……………………………………………………………………………………1
PENDAHULUAN ……………………………………………………………………….1
Latar Belakang ………………………………………………………………………1
Rumusan Masalah …………………………………………………………………...1
BAB II …………………………………………………………………………………...2
PEMBAHASAN ………………………………………………………………………....2
Ekonomi Klasik………………………………………………………........................2
Teori Keynes ………………………………………....................................................5
Pokok-Pokok Pikiran Aliran Monetaris…………………………………………...…8
BAB III
Kesimpulan ……………………………………………………………………………..26    
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………….27







BAB I
PENDAHULUAN
Ø  Latat Belakang
Dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi kubu keynesian lebih menyukai kebijaksanaan fiskal yg bersifat ekspansif. Sementara itu, kubu monetaris lebih menyukai kebijaksanaan moneter yg kontraktif-konservatif. Namun keduanya sama-sama melihat perekonomian dari sisi permintaan. Aliran sisi penawaran percaya bahwa yg harus diberi perhatian utama bukan segi permintaan seperti yg dilakukan kubu keynesian maupun monetaris melainkan sisi penawaran. Motto kerja aliran sisi penawaran, lebih baik meningkatkan pendapatan nasional melalui pemanfaatan sumber daya penuh, daripada mencoba menekan atau meredakan fluktuasi ekonomi. Kesempatan kerja penuh sangat besar artinya bagi pemikir-pemikir aliran sisi penawaran. Dalam mengatasi inflasi dan pengangguran, jalur yg ditempuh oleh aliran sisi penawaran melalui program penurunan pajak. Alasannya turunnya pajak akan menambah gairah investasi, yg akan mendorong peningkatan dalam produksi. Dengan meningkanya produksi, masalah pengangguran dapat diatasi, dan sekaligus inflasi dapat diredakan. Tekanan utama aliran penawaran adalah kebijaksanaan pertumbuhan jangka panjang. Hal itu dilakukan dengan mempromosikan kesempatan kerja penuh dan perubahan teknologi. Robert A. Mundel juga disebut sebagai peletak dasar “ekonomi sisi penawaran” Mundel menawarkan penggunaan kombinasi kedua kebijakan fiskal dan moneter. Kebijakan moneter dilakukan dalam bentuk kebijakan uang ketat untuk membendung inflasi. Kebijakan fiskal dilaksanakan dengan menggunakan program pengurangan pajak untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Mundel berjasa mengatasi penyakit stagflasi serta kontribusinya dalam meletakkan dasar bagi teori yg mendasari kebijakan praktis dalam perekonomian terbuka, perdagangan internasional.
\



BAB II
PEMBAHASAN
A.    EKONOMI KLASIK
1.         PARA AHLI EKONOMI KLASIK
Beberapa tokoh mazhab klasik yang terkenal yaitu : Adam Smith, Thomas Robert Malthus, Jean Baptise Say, David Ricardo, Johan Heinrich von Thunen, Nassau William Senior, Friederich von Hermann, John Stuart Mill, dan Eliot Cairnes. Mereka terkenal, bukan karena  mereka memberikan pemecahan kepada kepada masalah ekonomi, melainkan karena cara mereka mengemukakan masalah.
Kita mengetahui bahwa setiap hasil yang dicapai dari analisis ilmiah dengan segera menjadi usang, akan tetapi probleemstellingnya tetap, dan dapat dikatakan bahwa klasssicisme suatu mashab ilmiah bukanlah terkandung pada hasil-hasil yang dicapainya melainkan pada cara masalah-masalah didekati berbeda dengan kaum merkantilis dan kaum fisiokart, kaum klasik telah menempatkan teori harga pada pusat analisis ekonomi mereka. Kaum klasik berusaha untuk memecahkan semua masalah ekonomi, dengan bantuan penyelidikan kea rah factor-faktor permintaan, dan penawaran yang menentukan harga.
2.         ASPEK-ASPEK POKOK ILMU EKONOMI ADAM SMITH
a.       Kekayaan sesuatu Negara
“The Wealth of Nation”, berusaha untuk menerangkan bagaimana kekayaan sesuatu negara bertambah, dan bagaimana kekayaan tersebut didistribusikan. (Hal tersebut juga merupakan tema dasar dari ekonomi modern).
Masalah-masalah dasar yang dihadapi oleh setiap perekonomian adalah :
1.      Barang-barang dan jasa-jasa apakah akan dihasilkan
2.      Bagaimanakah cara menghasilkan barang-barang serta jasa-jasa tersebut.
3.      Bagaimanakah barang-barang serta jasa-jasa tadi dibagikan. Jadi secara singkat : masalah alokasi sumber daya ekonomi, masalah teknologi, dan masalah distribusi Pendapatan Nasional.
Adam Smith berpendapat bahwa sumber tunggal kekayaan, adalah produksi hasil tenaga kerja serta sumber daya ekonomi. Dalam hal ini Adam Smith sependapat dengan doktrin merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan suatu negara, dicapai dari surplus ekspor.
b.      Pembagian Kerja
Alat-alat dasar dengan apa produksi diperbesar, menurut Adam Smith adalah :
1.      Pembagian kerja
2.      Penggunaan mesin-mesin
c.       Nilai
Seperti diketahui, Aristoteles sudah pernah mengemukakan perbedaan antara nilai pakai dan nilai tukar. Adam Smith juga menggunakan perbedaan tersebut. Hal itu menyebabkan timbulnya salah satu paradoks ekonomi yang terkenal (Proudhon menyatakannya sebagai “Contradiction economique”) yaitu bahwa : air dan udarayang mempunyai nilai pakai sangat tinggi, mempunyai nilai tukar yang sangat rendah, sedangkan intan yang hampir tidak mempunyai nilai pakai, mempunyai nilai tukar yang sangat tinggi.
d.      Ajaran nilai
Tenaga kerja menurut Adam Smith sekaligus merupakan sebab dan alat pengukur nilai. Menurut David Ricardo guna merupakan syarat mutlak bagi nilai tukar : terlepas dari bagaimana langka (jarang) sesuatu barang ataupun berapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkannya – bilamana sesuatu barang tidak akan mempunyai nilai tukar sama sekali.
Menurut Ricardo harus diadakan pembagian barang-barang sebagai berikut :
a.       Barang-barang yang dapat diproduksi begitu saja.
b.      Barang-barang yang tidak dapat diproduksi begitu saja. Dalam kategori terakhir dapat disebut, misalnya lukisan-lukisan kuno, uang logam kuno, dan benda-benda antik. Harga benda demikian tergantung dari jumlah yang suka dibayar oleh para calon pembeli.
Harga alamiah (natuurlijke prijs) menurut Adam Smith adalah harga yang timbul apabila segala sesuatu berlangsung dengan “sendirinya”, dalam arti pada suatu masyarakat dimana terdapat kebebasan bertindak, dimana semua orang bebas untuk menghasilakan apa yang diinginkannya, dan menukar apa yang disukainya.
Harga pasar dapat menyimpang dari harga alamiah tersebut, karena pada saat tertentu, penawaran tidak segera dapat menyesuaikan diri dengan permintaan, atau disebabkan karena sesuatu tindakan pemerintah penyesuaian demikian dipersulit, atau tidak mungkin dilakukan. Akan tetapi harga-harga demikian, senantiasa akan merupakan pusat tendensi semua harga-harga pasar.
e.       Konsep Homo Economicus
Adam Smith dalam uraian-urainnya menggunakan tipe manusia yang dinamakannya Homo Economicus ( manusia ekonomis).
Definisi tradisional untuk manusia Ekonomis adalah : manusia yang berusaha untuk mencapai pemuaan kebutuhan maksimal dengan pengurbanan seminimalnya. Pengikut-pengikut Adam Smith menganggap konsep tersebut sebagai sesuatu yang logis, sedangkan pihak lain menganggapnya sebagai tipe manusia yang tidak pernah ada. Perokonomian dianggap analog oleh Adam Smith dengan tubuh manusia. Tubuh manusia diberi oleh alam kekuatan-kekuatan, untuk menghadapi “serangan-serangan” dari luar.
Self intereset (kepentingan diri sendiri), mengatur tubuh perokonomian, dan menyebabakan betambahnya kekeyaan, serta kesejahteraan suatu Negara.
f.       Perekonomian Laisser – Faire
Adam Smith mengharapkan bahwa liberalismenya, karena kepentingan diri sendiri individu ditonjolkan, bukan saja akan menimbulkan efisiensi yang lebih besar melainkan pula menyebabkan kegiatan ekonomi yang lebih meluas. Dalam hal ini Quesnay, Adam Smith mencerminkan kepercayaan yang berlebih-lebihan dalam proses ekonomi, yang dapat memperbaiki diri sendiri dan yang dapat mengatur diri sendiri. Mekanisme harga, dianggap Adam smith (lebih-lebih lagi oleh Jean Baptiste Say) sebagai obat mujarab.
Apabila terdapat penggunaan tenaga kerja dan modal uang, maka sesuai dengan teori Adam Smith, persaingan antara para pekerja dan kaum kapitalis, untuk mempekerjakan sumber daya mereka secara efektif, akan menyebabkan turunnya upah dan bunga modal, hingga dengan demikian bagi para pengusaha akan menarik lagi, untuk menggunakan tenaga kerja kembali serta untuk meminjam uang.
Dengan demikian suatu depresi ekonomi hanya timbul, bilamana upah dan tingkat bunga adalah terlampau tinggi, mekanisme harga akhirnya akan menyebabkannya menjadi normal kembali.

B.     TEORI KEYNES
Dalam mancapai tujuan “FULL EMPLOYMENT” melalui kebijakan-kebijakan management, keynes merumuskan sebuah teori makro ekonomi yang mempersoalkan kondisi-kondisi yang memperngaruhi output dan kesempatan kerja secara keseluruhan. Variabel-variabel besar keynes adalah konsumsi total,investasi total, dan pendapatan total Yang dirumuskan sebagai berikut :
C + I= Y dimana : C = konsumsi total,
                                 I= investasi total,
                               Y= pendapatan total
Prosedur-prosedur diatas meliputi bahaya yang diabaikan yang mencakup komplektisitas prose-proses actual ekonomi dan efek-efek perbedaan antara individu dan klas. Pendapatan individual dan pengeluaran mereka membentuk aggregates seperti diatas. Perbedaan-perbedaan besar dalam dua jam yang sama menyebabkan mereka tidak dapat dibandingkan sebagai dasar untuk policy tetapi Keynes mencari simplisitas dan action.
Akantetapi variable-variabel dan pendapat yang dikemukakan oleh Keynes diatas sulit untuk diterapkan pada system moneter yang nyata karena akan menimbulkan dua proses yang berbeda diantaranya ialah perbedaan antara produksi dan konsumsi dan perbedaan antara pembayaran-pembayaran berupa uang dan pendapatan. Oleh Karena itu Keynes berpegang pada usaha untuk  memperbesar permintaan efektif dengan jalan memperbesar jumlah dan penggunaan uang hal tersebut menyebabkan Keynes menggunakan asumsi bahwa kekuatan membeli uang tetapkonstan atau bahwa factor-faktor prouksi tidak dipengaruhi oleh pendapatan-pendapatan nyata yang diterima.
Menurut Keynes jumlah uang yang tidak bervariasi terlampau banyak sebagai proporsi dari pendapatan nasional dan kecepatan pendapatan (income velocity) adalah stabil. Akan tetapi dalam kehidupan nyata bahwa bertambahnya jumlah uang akan menimbulkan gejalah seperti mengurangi kecepatan peredaran uang, ole karena itu harus dilakukan tindakan kecepatan pengeluaran agar peredaran uang menjadi stabil salah satunya ialah dengan jalan menginvestasikanya.
Menganai ekonomi tentang arus lingkar (circular flow economics) Keynes menyarankan agar pemerintah menggunakan prosedur sebagai berikut:
1.      GNP akan diestimasi berupa uang dalam kondisi full employment, pada permulaan sebuah periode.
2.      Akan di buat estimasi tentang pembayaran-pembayaran berupa uang total yang akan dikeluarkan untuk barang konsumsi dan di tabung selama periode tersebut.
3.      Apabila tabungan yang diperkirakan melampaui kesempatan untuk diinvestasikan pemerintah harus melakukan intervensi guna menciptakan lebih banyak pengeluaran untuk investasi.
Jadi pada pokoknya persoalan diatas ialah mengarah pada pemikran bahwa semua pendapatan berupa uang harus dikeluarkan sewaktu hal tersegut diterima dan hal tersebut membutuhkan pengawasan dari pemerintah.
4.    Pokok Pemikiran Aliran Keynesian Baru
Pemikiran dalam kelompok Keynesian Baru sangat beragam  termasuk di dalamnya Mankiw, Summers, Stanley Fisher, Phelps, Akerlof, Yellen dan tiga nama yang telah disebutkan dalam Pendahuluan. Mankiw merupakan salah satu tokok yang paling banyak kontribusinya dalam pengembangan teori maupun dalam mengumpulkan artikel yangberhubungan dengan Keynesian Baru.
Perhatian utama dalam Keynesian Baru adalah mencari model yang kuat dan meyakinkan untuk menjelaskan adanya kekakuan upah dan harga dengan berlandaskan pada memaksimalkan perilaku dan ekspektasi rasional. Disamping itu, Keynesian Baru juga menaruh perhatian pada penelitan tentang proses penyesuaian harga yang terjadi diperusahaan.
 Sampai saat ini para ekonom belum mempunyai kesatuan pendapat tentang kebijakan perusahaan dalam hal penyesuaian harga. Kelompok ini juga tidak sepenuhnya menolak pandangan Klasik Baru. Walaupun demikian Keynesian Baru tetap memberikan sokongan kepada pandangan Keynes yaitu:
• Dalam perekonomian, adanya pengangguran yang tidak suka rela selalu berlaku.
• Pemerintah perlu secara aktif menjalankan kebijakan untuk mengatasi masalah
pengangguran dan atau inflasi dan mewujudkan kegiatan pada kesempatan kerja penuh. Dalam hal ini Keynesian Baru berkeyakinan bahwa dalam jangka panjang ekonomi pasar masih tidak akan mampu dengan sendirinya menciptakan kesempatan kerja penuh, sehingga tetap dibutuhkan adanya kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah yang dimaksudkan di sini adalah yang bersifat untuk mengurangi terjadinya ketidaksempurnaan pasar.
Pemikiran Keynesian Baru tentang adanya fluktuasi juga berbeda dengan pemikiran Keynes maupun Klasik. Perbedaan pandangan ini secara umum dapat dibedakan berdasarkan keyakinan berlakunya dikotomi klasik dan keseimbangan Walras.
5.         Kekakuan Upah dan Harga
Pada dasarnya Keynesian Baru berpendapat bahwa walaupun terdapat pengangguran yang tidak suka rela dan kelebihan penawaran barang pada masa resesi, harga-harga barang tidak menurun ke tingkat yang akan mewujudkan kesempatan kerja penuh. Adanya bentuk pasar yang bukan persaingan sempurna, pasar yang tidak lengkap, dan informasi yang tidak simetris membuat harga barang bersifat kaku dan tidak mudah berubah seperti pada pasar persaingan sempurna. Untuk menjelaskan kekakuan baik kekakuan harga maupun kekakuan upah, Keynesian Baru mengemukan beberapa teori.
6.         Penyebab Kekakuan Upah
a.    Model Kontrak Implisit
Model ini aslinya berasal dari Bailey (1974), D.F. Gordon (1974), dan Azariadis (1975). Kemudian dikembangkan menjadi hipotesis tingkat alamiah (natural rate hypothesis) oleh Friedman (1968) dan Phelps (1968) yang lebih menekankan proses memaksimumkan perilaku untuk pasar tenaga kerja. Secara ringkas model ini menunjukan bahwa upah pekerja di suatu perusahaan ditentukan secara kontrak antara majikan dan serikat pekerja. Serikat pekerja akan melakukan negosiasi dan menandatangani kontrak kerja diantara pekerja yang diwakilinya untuk suatu periode tertentu. Selama masa kontrak  tersebut baik majikan maupun pekerja akan mematuhi keputusan yang telah disetujui.
Bila perusahaan ingin menyesuaikan kontrak sebelum waktunya maka akan dapat mempunyai dampak yang tidak menguntungkan karena:
  Negosiasi kontrak memerlukan biaya dan waktu baik bagi pengusaha maupun serikat pekerja.
   Kegagalan dalam bernegosiasi dapat berdampak yang luas seperti terjadinya aksi  mogok para pekerja.
• Bukan suatu strategi yang optimum bagi perusahaan untuk mengurangi upah, Karen bila berlaku demikian akan banyak pekerja yang pindah ke perusahaan lain yang tidak menurunkan tingkat upahnya.
Ini berarti bahwa dengan adanya serikat pekerja yang kuat, tingkat upah tidak dapat dengan mudah berubah seperti pada pasar persaingan sempurna. Sehingga terjadi kekakuan upah dan terutama upah akan sukar sekali untuk menurun apabila terjadi resesi. Kekakuan ini yang menyebabkan timbul masalah pengangguran yang tidak suka rela.
b.        Model Upah Efisien
Teori ini dikemukakan oleh Gordon (1990), Yellen (1984), Katz (1986, 1988), Harley (1990) dan Weiss (1991). Solow (1979) memberi dasar pada model ini. Upah efisien akan sama dengan produk marginal yang dapat diturunkan berdasarkan syarat kondisi cukup untuk memaksimumkan keuntungan di suatu perusahaan. Menurut teori ini perusahaan cenderung untuk menetapkan upah yang lebih tinggi dari pada upah keseimbangan pasar persaingan sempurna. Ada empat alasan perusahaan untuk memberikan upah yang tinggi, yaitu :
• Dengan upah yang lebih tinggi ini dimaksudkan untuk alat memaksimumkan disiplin pekerja dalam melaksanakan tugas. Upah yang tinggi akan membuat pekerja lebih giat bekerja dan meningkatkan produktivitasnya dan sumbangan kerjanya dapat meningkatkan produktivitas total perusahaan. Upah yang tinggi ini menyebabkan mereka takut kehilangan pekerjaan dan hal ini menyebabkan mereka bekerja dengan lebih giat.
• Untuk menghindari biaya penggantian pekerja. Dengan sistem upah yang baik maka kemungkinan pekerja keluar dari perusahaan dapat diperkecil, sehingga dapat dihindari pengeluaran biaya untuk mencari pekerja baru. Biaya yang timbul akibat keluarnya pekerja dari perusahaan dapat berupa: (i) kehilangan produksi dari pekerja lama yang sedang mencari pekerjaan baru, (ii) biaya untuk merekrut pekerja baru, (ii) biaya untuk memberi pelatihan kepada pekerja baru, dan (iv) pekerja baru mempunyai produktivitas yang lebih rendah.
• Sebagai alat untuk memilih tenaga kerja yang berkualitas tinggi. Tenaga kerja yang tersedia bersifat heterogen, yang berbeda baik dari segi kepandaian, kerajinan, ketekunan maupun sikap dalam menjalankan tugas. Apabila perusahaan menawarkan upah yang lebih tinggi, maka lebih banyak pekerja yang berkualitas akan melamar pekerjaan tersebut. Dengan demikian melalui upah yang lebih tinggi, perusahaan dapat memperoleh pekerja yang mempunyai mutu yang lebih baik.
• Upah yang tinggi merupakan imbalan yang seimbang bagi pekerja yang mempunyai prestasi yang baik. Setiap pekerja mengukur penghargaan perusahaan terhadap dirinya berdasarkan tingkat upah yang dibayarkan, begitu juga perusahaan akan memberikan imbalan bagi pekerja yang giat melaksanakan kerja dengan sebaik mungkin sebagai tanda terima kasih. Ini merupakan imbalan yang seimbang baik bagi pekerja maupun bagi perusahaan.
c.       Model Orang Dalam – Orang Luar
Model ini dikembangkan pada tahun 1980an oleh Lindbeck dan Snower. Pada dasarnya teori ini menganggap pasar barang dan pasar tenaga kerja bersifat persaingan tidak sempurna. Bila dalam pasar tenaga kerja terdapat serikat pekerja dan jumlah perusahaan relatif terbatas, maka tingkat upah ditentukan dari perjanjian kontrak kolektif antara serikat pekerja dengan majikan.
Dalam pasar yang demikian tenaga kerja dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (i) yang menjadi anggota serikat buruh atau disebut orang dalam (insider) dan (ii) yang tidak menjadi anggota serikat buruh atau disebut orang luat (outsider).
Penentuan upah dengan kontrak tersebut cenderung lebih tinggi dari pada bila terjadi di pasar persaingan sempurna. Apabila terjadi resesi, perusahaan akan mengurangi pekrjanya dan sebagian orang dalam menganggur dan menjadi orang luar. Bila kegiatan perekonomian pulih kembali, orang dalam akan menuntut kenaikan upah, sedangkan orang luar akan menghadapi kesulitan untuk memperoleh pekerjaan. Hal ini disebabkan berbagai halangan dari serikat pekerja untuk menghalangi orang luar diambil kerja oleh perusahaan.

C.       POKOK-POKOK PIKIRAN ALIRAN MONETARIS
Ketidakberhasilan ajaran2 Keynes dalam memecahkan masalah-masalah yg dihadapi melahirkan suatu aliran baru yg disebut “aliran Monetaris” yg mengutamakan kebi-jaksanaan moneter dlm mengatasi kemelut ekonomi. Istilah ini pertamakali digunakan oleh Karl Brunner untuk menggambarkan berbagai studi dibidang ekonomi moneter & kebijaksanaan moneter. Penekanan pokok pandangan monetaris terletak pa-da stok uang. Menurut Friedman, perubahan dlm jum lah uang beredar sgt besar pengaruhnya terhadap  
1. Tingkat inflasi dlm jangka panjang
2. Perilaku GNP ril dlm jangka panjang        
 Friedman menyimpulkan secara umum laju partum buhan uang yg tinggi menyebabkan terjadinya booms & inflasi. Sementara itu, penurunan dlm laju pertum-buhan uang dapat menimbulkan resesi & kadang-kadang bahkan juga deflasi.
Aliran monetaris dalam perkembangannya sejak pertengahan dasawarsa 60 meliputi berbagai sub aliran yang beraneka ragam. Sejumlah sub aliran masing-masing memberikan penekanan yang berebeda terhadap peranan bidang moneter dalam perkembangan ekonomi. Tampaknya memang agak sulit untuk memberi suatu definisi yang agak baku mengenai ruang lingkup materi dan sifat monetarisme. Monetarisme yang dikenal dewasa ini dengan berbagai wajahnya pada hakikatnya merupakan suatu reformasi (perumusan ulang) dalam wujud yang baru dari teori kuantitas tentang uang sebagaimana mula-mula dikemukakan oleh Irving Fisher pada abad XX, yang benih-benihnya sudah terkandung dalam gagasan Jean bodin dari zaman Pramerkantilis dia bad XXI.
Sama halnya dengan mazhab Keynes dan Neo Keynes, golongan Monetaris juga berdasar dari kenyataan adanya ketidak seimbangan sebagai kecenderungan dalam perkembangan ekonomi. Aliran Monetaris sangat menarik untuk di bahas karena inti pokok pandangan golongan monetaris membahas tentang :
1 .Sebab terjadinya perubahan pendapatan nasional Sebab-sebab terjadinya perubahan pendapatan nasional menurut Friedman bersumber semata-mata pada tingkat permintaan uang, dimana volume permintaan uang ini tingkat pengeluaran yang akan dilakukan dalam masyarakat. Oleh sebab itu menurut Friedman, sebab yang paling penting adalah untuk menguasai volume uang dalam peredaran. Sebab jumlah uang itu yang mempengaruhi jumlah pengeluaran secara menyeluruh. Hal ini satu sama lain akan berdampak pada pertumbuhan dan kestabilan ekonomi.
Sementara itu juga diakui, monopoli dan oligopoli dalam persaingan. Akan tetapi adanya monopoli dan oligopoli tidak begitu besar bobot penagruhnya terhadap proses kegiatan ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Selama jumlah pasok uang dapat dikuasai, akhirnya dalam perkembangan waktu tingkat harga dan keadaan ekonomi menjadi stabil dan maju.
2.  Kebijaksanaan moneter Menurut pemikiran Keynes, kebijaksanaan ekonomi yang harus dilakukan pemerintah adalah kebijaksanaan fiskal yang anti siklus. Golongan monetaris mengalihkan perhatian dari kebijaksanaan fiskal ke kebijaksanaan moneter. Upaya untuk menanggulangi goncangan-goncangan kegiatan ekonomi dilakukan dengan melakukan kebijaksanaan moneter dengan menguasai pasok/penawaran uang. Diakui dalam suatu masa transisi akan terjadi goncangan harga. Tetapi setelah beberapa waktu berlalu harga itu akan memncerminkan gerak perkembangan yang ada sangkut pautnya dengan pengadaan jumlah uang. Selama pasok uang dapat dikuasai maka pada waktunya kestabilan harga juga akan terpelihara. Pasok uang harus dikuasai dalam arti tingkat-tingkat pertambahannya harus dikendalikan sesuai dengan bertambahnya kebutuhna dunia usaha.
3.  Pasok uang harus mencerminkan kebutuhan dunia usaha Pasok uang harus dikuasai dalam arti bahwa tingkat tambahannya harus dikendalikan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha. Golongan monetaris berpendapat bahwa selain di bidang moneter melalui pengelolaan pasok uang oleh otoritas moneter (Bank Sentral), pemerintah tidak boleh berintervensi secara aktif melalui kebijaksanaan ekonomi (kembali pada persainagn bebas).
Pengalaman empiris sejak pertengahan dasawarsa 70 sampai sekarang membuktikan bahwa pemikiran golongan monetaris pun tidak mampu untuk memecahkan masalah-masalah pokok dalam perkembangan ekonomi masyarakat. Kesulitan yang timbul dalam praktik untuk menilai dan memantau secara tepat factor yang mana dalam dunia moneter yang merupakan sebab bagi perubahan ekonomi (apakah pasok uang mempengaruhi kebutuhan usaha atau sebaliknya) atau hubungan sebab akibat itu yang justru berkebalikan. Ataukah kedua variable itu daalm perkembangannya harus dianggap co-incidence (kejadian yang kebetulan saja). Di samping itu juga dialami kesukaran untuk memperoleh suatu konsensus yang dapat memberikan arti operasional kepada pengertian kunci: agregate supply of money. Artinya unsur-unsur mana saja secara operasional yang harus dicakup dalam pengertian agregate supply of money: uang tunai plus uang giral plus deposito berjangka, dan bagaimana dengan tabungan, premi badan-badan asuransi, kartu kredit dan yang lain-lain. Bebebrapa yang disebutkan terakhir akan sulit untuk mengamati sebagai pasok uang.
1. Ekspansi kredit domestic Sehubungan dengan kesulitan untuk menjabarkan secara operasional tentang pasok uang, maka dalam perkembangannya pengertian pasok uang diganti dengan konsep yang lebih luas dan dianggap lebih maju. Tolok ukur yang kini digunakan untuk perubahan-perubahan pasok uang dikenal dengan istilah domestic credit expansion.
Kebijaksanaan moneter kini dipusatkan pada pengelolaan gerak gerik pasar uang dan pasar modal melalui pengendalian tingkat bunga, disertai alat moneter tradisional oleh Bank Sentral yang berupa open market operations.
2. Pengendalian tingkat bunga Pada awal tahun 80, inflasi dapat diatasi. Tetapi ironisnya penurunan tingkat inflasi bukan melaui kebijaksanaan pengelolaan pasok uang tetapi melalui pengendalian tingkat bunga. Inflasi yang membumbung tinggi sudah mencapai dua digit. Dalam bagian pertama dasawarsa 80 an, bunga di negara-negara industri naik sampai pada tingkat yang belum pernah dialami dalam dasawarsa-dasawarsa sesudah Perang Dunia II. Dengan tingkat bunga tinggi, inflasi dapat ditanggulangi dan tingkat harga turun, tetapi kegiatan ekonomi menjadi macet berbalik menjadi resesi. Resesi tahun 1982/1983 adalah yang paling tajam dan belum pernah terjadi sejak zaman depresi dasawarsa 30. Akibatnya pengangguran meluas, terutama di Eropa Barat yang sampai saat ini masih mengalami adanya pengangguran. Kebijaksanaan moneter juga ditujukan pada pengelolaan gerak-gerik di pasar uang dan pasar modal melalui pengendalian tingkat bunga denagn menggunakan alat moneter yang tradisional yaitu open market operations. Dari penjelasan diatas, maka dapat diambil rumusan masalahnya,antara lain:
1.Pokok pemikiran aliran monetaris
2. Perbedaan aliran monetaris dengan aliran keynesian.
3. Kelemahan dan kelebihan aliran monetaris

a.        POKOK PEMIKIRAN ALIRAN MONETARIS
Selama tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, di bawah pimpinan ekonom terkenal Milton Friedman dari Chicago University (kini hijrah ke Stanford University) telah berkembang suatu aliran pemikiran (school of thought) di dalam makroekonomi yang dikenal sebagai aliran moneteris (monetarism). Para ekonom dari aliran moneteris ini menyerang pandangan dari aliran Keynesian, terutama menyangkut penentuan pendapatan yang dinilai oleh mereka sebagai tidak benar. Kaum moneteris menghendaki agar analisis tentang penentuan pendapatan memberi penekanan pada pentingnya peranan jumlah uang beredar (money supply) di dalam perekonomian. Perdebatan yang lain menyangkut : efektifitas antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter, peranan kebijakan pemerintah, dan tentang kurva Phillips (kurva yang menunjukkan  bahwa hubungan antara pengangguran dan inflasi adalah saling berkebalikan).
Bagi kaum moneteris, jumlah uang beredar merupakan faktor penentu utama dari tingkat kegiatan ekonomi dan harga-harga di dalam suatu perekonomian. Dalam jangka pendek (short run), jumlah uang beredar mempengaruhi tingkat output dan kesempatan kerja; sedangkan dalam jangka panjang (long run) jumlah uang beredar mempengaruhi tingkat harga atau inflasi. Menurut Milton Friedman “inflasi ada di mana saja dan selalu merupakan fenomena moneter”.
Pertumbuhan moneter atau uang beredar yang berlebihan dalam hal ini bertanggung jawab atas timbulnya inflasi, dan pertumbuhan moneter yang tidak stabil bertanggung jawab atas timbulnya gejolak atau fluktuasi ekonomi. Oleh karena pertumbuhan moneter sangat berpengaruh terhadap variabilitas, baik variabilitas dalam tingkat harga maupun pertumbuhan output (GNP), maka kebijakan moneter yang diambil pemerintah sedapat mungkin haruslah dapat menjamin terciptanya suatu tingkat pertumbuhan moneter atau jumlah uang beredar yang konstan dan tetap terkendali pada tingkat yang rendah. Adapun gagasan pokok dari aliran moneteris yang dianggap penting di antaranya adalah :
Sektor atau perekonomian swasta pada dasarnya adalah stabil. ü Kebijakan makroekonomi aktif seperti kebijakan fiskal dan moneter ü hanya akan membuat keadaan perekonomian menjadi lebih buruk.  Bahkan secara ekstrim mereka mengatakan bahwa “kebijakan makroekonomi yang aktif itu lebih merupakan bagian dari masalah, dan bukan bagian dari solusi”.
Dengan perkataan lain, kaum moneteris menghendaki suatu peran atau campur tangan pemerintah yang seminimum mungkin di dalam perekonomian. Seperti halnya dengan aliran Klasik, kaum moneteris berpendapat bahwa ü harga-harga dan upah di dalam perekonomian adalah relatif fleksibel, yang akan menjamin keadaan keseimbangan di dalam perekonomian selalu bisa diwujudkan. Jumlah uang beredar merupakan faktor penentu yang sangat penting dari ü tingkat kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Berbagai pendapat atau gagasan kaum moneteris di atas, memiliki implikasi kebijakan yang penting , yaitu :
1)      Stabilitas di dalam pertumbuhan jumlah uang beredarlah yang merupakan kunci dari stabilitas makroekonomi, dan bukan kebijakan makroekonomi aktif yang menimbulkan fluktuasi dalam pertumbuhan jumlah uang beredar yang menjadi penentu kestabilan makroekonomi.
2)      Kebijakan fiskal itu sendiri memiliki pengaruh sistematis yang sangat kecil, baik terhadap pendapatan nasional riil maupun pendapatan nasional nominal; dan bahwa kebijakan fiskal (fiscal policy) bukanlah suatu sarana atau alat stabilisasi yang efektif.

b.      PERBEDAAN ALIRAN MONETARIS DENGAN ALIRAN KEYNESIAN
Banyak perbedaan pandangan antara kubu Keynesian dan monetaris dalam melihat gejala-gejala ekonomi. Dalam melihat perekonomian secara agregat kubu Keynesian percaya bahwa perekonomian cenderung berada dalam posisi keseimbangan tingkat output rendah (low level equilibrium). Ini terjadi karena pengeluaran agregat cenderung lebih kecil dari penerimaan agregat dan kurang ampuhnya mekanisme. pasar dalam melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan, terutama tingkat harga-harga dan tingkat upah. Hal ini bisa terjadi karena adanya kekuatan serikat buruh dan praktek-praktek oligopolistik dari pihak perusahaan-perusahaan.
Kaum monetaris tidak percaya pada teori Keynesian yang mengatakan bahwa perekonomian cenderung berada pada keseimbangan tingkat output rendah disebabkan kurang ampuhnya mekanisme korektif untuk membawa pasar kembali pada posisi keseimbangan pemanfaatan sumber daya penuh. Dalam hal ini kubu monetaris mengritik bahwa ada kekuatan-kekuatan pasar yang tidak diikutkan dalam model yang dikembangkan Kubu Keynesian. Dua di antara kekuatan-kekuatan tersebut adalah turunnya suku bunga akan mendorong investasi dan turunnya tingkat harga akan mendorong konsumsi melalui apa yang disebut Pigoileffect. Bagi kubu monetanis perekonomian cenderung berada dalam posisi keseimbangan, di mana sumber daya digunakan penuh. Karena perbedaan cara pandang di atas, maka implikasi kebijaksanaan dan kedua kubu tersebut juga berbeda. Misa1nya dalam usaha meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan dalam mengatasi pengangguran, kub Keynesian lebih menyukai kebijaksanaan fiskal yang bersifat ekspansif. Sebaliknya kubu monetaris lebih menyukai kebijaksanaan moneter yang kontraktif. Intenvensi pemerintah untuk meningkatkan output dengan menggunakan kebijaksanaan fiskal tidak disenangi Friedman Misalnya ada usaha untuk meningkatkan output dengan menurunkan pajak. Menurut Keynesian langkah ini akan meningkatkan output. Dalam ”Bahasa” kurva IS-LM yang dikembangkan Keynesian, hal ini tenjadi kanena penurunan dalam pajak akan mendorong kurva IS bergerak ke kanan. Tetapi menurut kaum mouetaris hal seperti ini tidak akan terjadi, sebab dalam perekonomian yang sudah memanfaatkan sumber daya secara penuh maka kurva LM berbentuk tegak lurus, dan dampak dan pergeseran kurva IS tidak akan memberi pengaruh pada output (crowding-out effect). Antara kubu Keynesian dan monetris juga berbeda dalam melihac penyebab terjadinya fluktuasi ekonomi. Menunut kubu Keynesian tluktuasi ekonomi terjadi karena tenjadinya perubahan dalam faktor-faktor yang menentukan pendapaian nasional seperti pengeluaran pemerintah, investasj dan konsumsi masyaraicat. Sebaliknya menurut kubu monetaris fluktuasi ekonomi terjadi karena terjadinya pelonjakan-pelonjakan dalam jumlah uang beredar disebabkan adanya kebijaksanaan-kebijaksanan yang bersifat ekspansif dari pemerintah. Pendapat ini mengikuti pendapat pakar-pakar terdahulu seperti R.G. Hawxrey, F:A. Nayek dan Knut Wicksell, yang yakin bahwa terjadinya fluktuasi karena dipicu oleh faktor-faktor moneter, yang cenderung berakibat kumulatif dalam jangka panjang. Dalam buku: A Pvlonetaiy History of the United States, 1867- 1960 yang ditulis oleh Friedman bersama-sama dengan Anna Schwartz, mereka menjelaskan kaitan yang sangat erat antara perubahan dalam jumlah uang dengan perubahan dalam tingkat kegiatan ekonomi.
Mereka menyimpulkan bahwa fluktuasi dalam jumlah uang sebagai penyebab fluktuasi dalam pendapatan nasional. Untuk mendukung argumen tersebut mereka menggunakan kasus depresi besar-besaran yang terjadi tahun 30-an. Menurut Friedman dan Anna Schwartz, hal ini berlangsung kanena terjadinya crash pasar modal tahun 1929 dan faktor-faktor lain yang diasosiasikan dengan berkurangnya aktivitas ekonomi tahun 20-an yang menyebabkan berkurangnya minat orang memegang surat-surat berharga, dan lebih menyukai memegang uang tunai.
Tetapi sistem perbankan waktu itu tidäk bisa memenuhi permintaan akan uang tunai secara sekaligus dalam jumlah banyak dari masyarakat. Bank-bank (yang waktu itu jumlahnya hampir 2000 buah di seluruh Amerika Serikat) terpaksa menutup kantor. Sebagai konsekuensinya maka jumlah uang beredar anjlok. Tahun 1933 jumlah uang beredar diperkirakan 35 persen lebih rendah dari jumlah uang tahun 1929. Dengan alasan di atas kaum monetaris menyimpulkan bahwa fluktuasi dalam jumlah uang beredarlah yang menyebabkan terjadinya fluktuasi ekonomi, dan bukan sebaliknya sebagaimana yang dianut kubu Keynesian. Kaum Keynesian percaya bahwa memang ada kaitan yang sangat erat antara jumlah uang beredar dengan fluktuasi ekonomi. Tetapi bagi mereka bukan keadaan moneter yang mempengaruhi fluktuasi, melainkan fluktuasi ekonomi yang mempengaruhi jumlah uang beredar. Bagi kubu Keynesian fluktuasi terjadi karena berubahnya faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran agregat, dan kebijaksanaan yang paling ampuh untuk meredakan fluktuasi tersebut adalah melalui kebijaksanaan counter-cyclical dengan lebih banyak menggunakan kebijaksanaan fiskal.  Kubu monetaris paling tidak suka dengan penggunaan kebijaksanaan fiskal untuk menstabilkan perekonomian. Alasannya, adalah sangat sulit mengimbangi setiap ayunan siklus ekonomi karena adanya faktor waktu (lag). Lebih lanjut Friedman mengatakan: “There is likely to be a lag between the need for action and government recognition of the need; a further lag between recognition of the need for action and the taking of action; and a stilifurther lag between the action and its effects”. Karena alasan di atas maka tidak heran jika kubu monetaris lebih jauh bahkan sangat meragukan keampuhan analisis dan studi neo-keynesian yang sering menggunakan model ekonometri skala besar. Sebab, dalam model-model skala besar tersebut tenggang waktu (time-lag) kurang diperhatikan. Karena danya tenggang waktu antara pembuatan model dan proses analisis dengan waktu mengaplikasikan, maka kebijaksanaan yang diambil bisa jadi sudah ketinggalan kereta. Mereka percaya dampak dan kebijaksanaan yang sudah ketinggalan tersebut bisa berakibat fatal bagi pembangunan. Sebagai akibat dari perbedaan dalam melihat perekonomian secara agregat-agregat, maka antara kubu monetaris dan kubu Keynesian juga sangat berbeda dalam penggunaan kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi. Kenyataannya pada tahun 70-an dan 80-an terjadi debat panjang yang sangat panas antara kubu monetaris (diwakili Friedman) dengan pihak non-monetaris (termasuk kubu Keynesian, Franco Modigliani dan James Tobin) tentang kebijaksanaan yang sebaiknya ditempuh dalam menghadapi berbagai masalah ekonomi, seperti pengangguran dan inflasi. Misalnya dalam menghadapi inflasi, terdapat perbedaan yang sangat tajam antara Keynesian dengan monetanis. Sebagaimana pernah dijelaskan sebelumnya, kubu Keynesian mennganggap inflasi terjadi karena pengeluaran agregat terlalu besar. Dengan demikian kebijaksanaan yang ditawarkan kubu Keynesian ialah dengan mengurangi jumlah pengeluaran agregat itu sendiri. Hal ini bisa dilakukan dengan mengurangi pengeluaran pemerintah atau dengan meningkatkan pajak. Kebijaksanaan moneter pun juga bisa dilakukan, yaitu dengan kebijaksanaan uang ketat. Kubu Keynesian tidak melihat konflik antara kebijaksanaan fiskal dan moneter. Keduanya di anggap sebagai komplemen. Bagaimanan, dalam praktek kaum Keynesian lebih sering menggunakan bijaksanaan fiskal, dengan alasan kebijaksanaan ini jauh lebih ampuh dalam menghadapi resesi. Sebaliknya kubu monetaris menganggap inflasi terjadi karena jumlah uang beredar terlalu banyak. Jika jumlah uang beredar terlalu banyak harga-harga akan naik. Dengan demikian cara yang dianjurkan kaum monetaris dalam menghadapi inflasi ialah dengan mengurangi jumlah uang yang beredar itu sendiri.
Kebalikan dari kubu Keynesian yang lebih menyukai kebijaksanaan fiskal, kubu monetaris lebih suka menggunakan kebianaan moneter, sebab dampaknya lebih jelas dari pada kebiasaan fiskal. Anggapan ini didasarkan pada kepercayaan bahwa perubahan dalam jumlah uang beredar akan menyebabkan ahan yang besar pula dalam tingkat suku bunga, yang pada nya akan menyebabkan perubahan yang besar dalam pendapatan nasional. Ini jelas terbalik dengan anggapan kaum Keynesian yang melihat perubahan dalam jumlah uang beredar tidak begitu mempengaruhi tingkat suku bunga sehingga dampaknya terhadap pengeluaran agregat juga kecil.
Yang jelas, jika inflasi terlalu tinggi perekonomian bisa macet. Bagi kaum monetaris inflasi dianggap sebagai musuh utama yang perlu diberantas sesegera mungkin. Kalau inflasi sudah reda, pemerintah harus membiarkan perekonomian menemukan sendiri laju pertumbuhannya yang normal. Dari uraian di atas jelas bahwa kubu monetaris lebih menyukai kebijaksanaan moneter dalam menghadapi masalah-masalah ekonomi dibanding kebijaksanaan fiskal. Bagaimanapun, dalam hal ini perlu dicatat bahwa kebijaksanaan moneter yang dianjurkan kubu monetaris adalah kebijaksanaan moneter yang sifatnya netral dan berorientasi ke arah pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Perbedaan di atas menyebabkan perkedaan selanjutnya ntara kubu Keynesian dengan kubu monetaris, di mana kalau kebijaksanaan yang dilakukan aliran Keynesian lebih sering bersifat ekspansif, sebaliknya kebijaksanaan yang digunakan oleh aliran monetaris cenderung kontraktif dan lebih konservatif. Dalam hal ini kubu monetaris lebih suka menaikkan laju pertumbuhan uang secara pelan-pelan tetapi konstan, sesuai dengan hukum pertumbuhan jumlah uang konstan (constant money growth rule).
Kubu Keynesian tidak terlalu memperhatikan analisis jangka panjang (sebab, seperti kata Keynes, dalam jangka panjang kita semua akan mati !). Tidak demikian halnya dengan kubu monetaris yang diwakili Friedman. Bagi Friedman dampak jangka panjang dari berbagai kebijaksanaan ekonomi harus diperhatikan untuk mengetahui kekuatan pasar. Kelompok monetaris percaya bahwa kebijaksanaan peningkatan jumlah uang dalam jangka pendek berpenganuh terhadap output riil. Dalam bahasa kurva IS-LM yang dikembangkan kubu neo-Keynesian, kenaikan dalam jumlah uang akan menggeser baik kurva LM maupun kurva IS ke kanan, yang berarti peningkatan dalam jumlah output.  
c.       KELEMAHAN DAN KELEBIHAN ALIRAN MONETARIS
Kelemahan:
Menurut pandangan Keynesian, kebijakan moneter mungkin sangat tidak .1 efektif.  Beberapa kekurangannya berasal dari asimetri kebijakan tersebut, perubahan dalam kecepatan (yang dapat menggagalkan kebijakan), dan ketidakpastian dari investasi yang diambil (terutama jika bukan bunga sensitif).  Kekurangan utama dari kebijakan moneter adalah asimetri.  Yaitu, .2 suatu kebijakan uang ketat adalah sangat efektif guna mencegah pinjaman baru karena kelebihan cadangan dikurangi, namun kebijakan yang mudah sepertinya menjadi tidak efektif karena tambahan kelebihan cadangan tidak akan dipinjamkan ke luar oleh bank karena takut akan potensi kebangkrutan dari para peminjam selama masa resesi.  Dengan demikian, disarankan untuk tidak menggunakan
tingkat output rendah yang disebabkan kurang ampuhnya mekanisme kebijakan moneter, malah menggunakan kebijakan fiskal.
Kebijakan moneter mungkin digunakan baik untuk mengendalikan .3 persediaan uang maupun tingkat suku bunga.  Tetapi, keduanya tidak dapat dikendalikan pada waktu yang sama.  Dengan demikian hal tersebut menjadi dilema.
Kelebihan :
1. Kaum monetaris mengatakan bahwa perekonomian cenderung berada pada keseimbangan korektif untuk membawa pasar kembali pada posisi keseimbangan pemanfaatan sumber daya penuh.
2.    Kaum monetaris menyatakan bahwa turunnya suku bunga akan mendorong investasi dan turunnya tingkat harga akan mendorong konsumsi melalui Pigou effect. Bagi kubu monetaris perekonomian cenderung berada dalam posisi keseimbangan, dimana sumber daya digunakan penuh.
3.  Dalam usaha meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan dalam mengatasi pengangguran, kaum monetaris lebih menyukai kebijaksanaan moneter yang kontraktif. Intervensi pemerintah untuk meningkatkan output dengan menggunakan kebijaksanaan fiskal tidak disenangi Friedman. Misalnya ada usaha untuk meningkatkan output dengan menurunkan pajak.
4.   Kaum monetaris, terutama Friedman, dinilai sangat berjasa meluruskan falsafah liberal kaum klasik kembali sebagaimana yang diajarkan oleh Adam Smith. Argumentasi Friedman untuk menyokong ajaran klasik tersebut ialah bahwa benefit yang diterima dari kebijaksanaan laissez faire jauh lebih besar dari benefit yang ditrerima lewat terlalu banyaknya campur tangan pemerintah. Dengan anggapan seperti ini pakar-pakar ekenomi masa sekarang berusaha mengembalikan orientasi analisis pada ajaran klasik, baik mengenai asumsi yang dipergunakan, struktur model yang disusun, metodologi yang dipergunakan, memandang arti penting uang dalam ekonomi, maupun dalam memilih kebijaksanaan ekonomi yang hendak dijalankan.
       Pemikiran Ekonomi Neoklasik
  • Perintis Analisis Marjinal
Mazhab neoklasik telah mengubah pandangan tentang ekonomi baik dalam teori maupun dalam metodologinya. Teori nilai tidak lagi didasarkan pada nilai tenaga kerja atau biaya produksi tetapi telah beralih pada kepuasan marjinal (marginal utility). Pendekatan ini merupakan pendekatan yang baru dalam teori ekonomi.
            Salah satu pendiri mazhab neoklasik yaitu Gossen, dia telah memberikan sumbangan dalam pemikiran ekonomi yang kemudian disebut sebagai Hukum Gossen I dan II. Hukum Gossen  menjelaskan hubungan kuantitas barang yang dikonsumsi dan tingkat kepuasan yang diperoleh, sedangkan Hukum Gossen II, bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatannya untuk berbagai jenis barang yang diperlukannya. Selain Gossen, Jevons dan Menger juga mengembangkan teori nilai dari kepuasan marjinal. Jevons berpendapat bahwa perilaku individulah yang berperan dalam menentukan nilai barang. Dan perbedaan preferences yang menimbulkan perbedaan harga. Sedangkan Menger menjelaskan teori nilai dari orde berbagai jenis barang, menurut dia nilai suatu barang ditentukan oleh tingkat kepuasan terendah yang dapat dipenuhinya. Dengan teori orde barang ini maka tercakup sekaligus teori distribusi.
          Pemikiran yang sangat mengagumkan yang disusun oleh Walras tentang teori keseimbangan umum melalui empat sistem persamaan yang serempak. Dalam sistem itu terjadi keterkaitan antara berbagai aktivitas ekonomi seperti teori produksi, konsumsi dan distribusi. Asumsi yang digunakan Walras adalah persaingan sempurna, jumlah modal, tenaga kerja, dan lahan terbatas, sedangkan teknologi produksi dan selera konsumen tetap. Jika terjadi perubahan pada salah satu asumsi ini maka terjadi perubahan yang berkaitan dengan seluruh aktivitas ekonomi.
Teori Produktivitas Marjinal
1.      Dasar pemikiran mazhab neoklasik pada generasi kedua lebih akurasi dan tajam karena bila dibandingkan dengan pemikiran ekonomi pada kelompok generasi pertama neoklasik. Hal ini dapat terjadi karena pemikiran generasi kedua menjabarkan lebih lanjut perilaku variabel-variabel ekonomi yang sudah dibahas sebelumnya. Lingkupan telah berkembang dari produksi, konsumsi, dan distribusi yang lebih umum beralih pada penjelasan yang lebih tajam.
  1. Pertentangan pemikiran antara para ahli neoklasik seperti J.B. Clark dapat menjadi sumber inspirasi dari perkembangan ilmu ekonomi dalam menjelaskan teori distribusi fungsional, ditafsirkan oleh J.B Clark mempunyai nilai etik, yang secara langsung membantah teori eksploitasi. Dengan teori produktivitas marjinal upah tenaga kerja, laba serta lahan dan bunga ditetapkan dengan objektif dan adil. Tetapi masalahnya, apakah setiap pekerja mendapat upah sama dengan PPMt nya?
  2. Penggunaan pendekatan matematis dalam analisis ekonomi terutama dalam fungsi produksi semakin teknis, dan dengan penggunaan asumsi-asumsi yang dialaminya juga bertambah seperti dalam kondisi skala tetap, meningkat atau menurun. Hal ini dikaitkan pula dengan bentuk kurva ongkos rata-rata, oleh Wicksell. Hal ini merupakan sumbangan besar dalam pembahasan ongkos perusahaan dan industri. Pada saat kurva ongkos rata-rata menurun, sebenarnya pada fungsi produksi terjadi proses increasing returns, dan pada saat kurva ongkos naik, pada kurva produksi terjadi keadaan decreasing returns. Selanjutnya, pada saat ongkos rata-rata sampai pada titik minimum, pada fungsi produksi berlaku asumsi constant return to scale.
  3. Pemikiran lain yang menjadi sumber kontroversi seperti pandangan Bohm Bawerk telah menimbulkan kontroversi pula tentang hubungan antara modal dan bunga. Kontroversi ini pun timbul dari pandangan J.B. Clark. Clark mempunyai pendapat bahwa barang-barang sekarang mempunyai nilai lebih tinggi daripada masa depan, karena itu timbullah bunga. Tetapi, bunga juga dipengaruhi oleh produktivitas melalui keunggulan teknik. Bohm Bawerk memberikan adanya premium atau agio, karena kebutuhan sekarang lebih tinggi daripada masa datang. Tetapi, Fisher melihat dari arus pendapatan masa depan perlu dinilai sekarang, yang dipengaruhi oleh kekuatan subjektif dan objektif. Fisher menjelaskan pula terjadinya bunga melalui permintaan dan penawaran terhadap tabungan dan investasi. Fisher memberi sumbangan pula pada tingkat bunga. Tingkat bunga merupakan marginal rate of return over cost.
Pemikiran Marshall sebagai Bapak Ekonomi Neoklasik
  1. Sumbangan yang paling terkenal dari pemikiran Marshall dalam teori nilai merupakan sitetis antara pemikiran pemula dari marjinalis dan pemikiran Klasik. Menurutnya, bekerjanya kedua kekuatan, yakni permintaan dan penawaran, ibarat bekerjanya dua mata gunting. Dengan demikian, analisis ongkos produksi merupakan pendukung sisi penawaran dan teori kepuasan marjinal sebagai inti pembahasan permintaan. Untuk memudahkan pembahasan keseimbangan parsial, maka digunakannya asumsi ceteris paribus, sedangkan untuk memperhitungkan unsur waktu ke dalam analisisnya, maka pasar diklasifikasikan ke dalam jangka sangat pendek, jangka pendek, dan jangka panjang. Dalam membahas kepuasan marjinal terselip asumsi lain, yakni kepuasan marjinal uang yang tetap.
  2. Pemikiran Alfred Marshall mahir dalam menggunakan peralatan matematika ke dalam analisis ekonomi. Dia memahami, bahwa untuk memudahkan pembaca, maka catatan-catatan matematikanya diletakkan pada bagian catatan kaki dan pada lampiran bukunya. Pembahasannya tentang kepuasan marjinal telah mulai sebelum 1870, sebelum buku Jevons terbit, tetapi karena orangnya sangat teliti dan modes, dia tidak mau cepat-cepat menerbitkan bukunya.
  3. Dalam pembahasan sisi permintaan, Marshall telah menghitung koefisien barang yang diminta akibat terjadinya perubahan harga secara relatif. Nilai koefisien ini dapat sama dengan satu, lebih besar dan lebih kecil dari satu. Tetapi, ada dua masalah yang belum mendapat penyelesaian dalam hal sisi permintaan, yakni aspek barang-barang pengganti dan efek pendapatan. Robert Giffen telah dapat membantu penyelesaian kaitan konsumsi dan pendapatan dengan permintaannya terhadap barang-barang, sehingga ditemukan Giffen Paradox. Peranan substitusi kemudian diselesaikan oleh Slurtky.
  4. Marshall menemukan surplus konsumen. Pengertian ini dikaitkan pula dengan welfare economics. Bahwa konsumen keseluruhan mengeluarkan uang belanja lebih kecil daripada kemampuannya membeli. Jika itu terjadi maka terjadi surplus konsumen. Selama pajak yang dikenakan pada konsumen lebih kecil daripada surplusnya itu, maka kesejahteraannya tidak menurun. Tetapi, pajak juga dapat digunakan untuk subsidi, terutama bagi industri-industri yang struktur ongkosnya telah meningkat. Marshall menjelaskan pula mengapa kurva ongkos total rata-rata menurun dan meningkat. Hal ini berkaitan dengan faktor internal dan eksternal perusahaan atau industri.
  5. Mekanisme permintaan dan penawaran dapat mendatangkan ketidakstabilan, karena setiap usaha yang dilakukan untuk kembali ke posisi seimbang ternyata membuat tingkat harga dan jumlah barang menjauhi titik keseimbangan. Keadaan tidak stabil itu terjadi jika kurva penawaran berjalan dari kiri-atas ke kanan-bawah. Jika variabel kuantitas independen, terjadi kestabilan, tetapi jika berubah harga menjadi independen, maka keadaan menjadi tidak stabil.
Mazhab Institusionalisme                                     
  1. Inti pemikiran Veblen dapat dinyatakan dalam beberapa kenyataan ekonomi yang terlihat dalam perilaku individu dan masyarakat tidak hanya disebabkan oleh motivasi ekonomi tetapi juga karena motivasi lain (seperti motivasi sosial dan kejiwaan), maka Veblen tidak puas terhadap gambaran teoretis tentang perilaku individu dan masyarakat dalam pemikiran ekonomi ortodoks. Dengan demikian, ilmu ekonomi menurut Veblen jauh lebih luas daripada yang ditemukan dalam pandangan ahli-ahli ekonomi ortodoks.
  2. Revolusi perkembangan pemikiran yang dikemukakan Veblen yaitu dengan memperluas lingkup pengkajian ilmu ekonomi, membawa akibat perluasan dan perubahan dalam metodologi, andaian-andaian, dan perilaku variabel-variabel ekonomi. Veblen melihat pengkajian ilmu ekonomi dari berbagai aspek ilmu sosial sehingga diperlukan interdisiplin. Oleh karena itu pula Veblen mendapat tuduhan bukan sebagai seorang pemikir ekonomi, tetapi sebagai seorang sociologist.
  3. Pandangan pemikiran Veblen yang utama bahwa teori-teori ekonomi ortodoks, seperti teori konsumsi, perilaku bisnis, andaian-andaian laba maksimal, persaingan sempurna ditolaknya. Persaingan sempurna hampir tidak terjadi, yang banyak terjadi adalah monopoli, bukan persaingan harga, tetapi harga ditetapkan lebih tinggi. Konflik-konflik yang terjadi bukan lagi antara tenaga kerja dan pemilik modal, tetapi antara bisnismen dengan para teknisi. Karena dunia bisnis telah dikuasai oleh mesin, maka peranan teknisilah yang menentukan proses produksi.
  4. Selanjutnya pandangan Veblen pada tahap awal sukar dipahami oleh ahli-ahli ekonomi, karena dia menggunakan istilah-istilah yang datang dari disiplin lain. Namun demikian, pandangan-pandangannya telah mendorong berkembangnya aliran ekonomi kelembagaan Amerika Serikat. Murid-muridnya melanjutkan dan melakukan pengembangan terhadap pemikiran- pemikirannya.
Tindakan Kolektif dan Surplus yang tidak Produktif
  1. Mitchell seorang ilmuwan sejati yang tidak terpengaruh oleh pemikiran lain ia mempunyai pandangan sendiri. Oleh karena itu tidak semua pandangan Veblen disetujuinya, bahkan di samping pemikiran ekonomi ortodoks, pandangan Veblen mendapat kritik. Mitchell berkeberatan terhadap asumsi-asumsi, logika yang abstrak ekonomi ortodoks, karena itu dia tidak pernah menggunakannya sebagai teori dalam penelitian. Dia lebih menekankan penelitian empirik dan menjelaskan data dengan deskriptif. Pendekatan sejarah, dengan mempelajari sebab-sebab yang menjadi kumulatif secara evolusioner digunakannya dalam analisis siklus bisnis. Fluktuasi kegiatan ekonomi dapat diamati dari keputusan-keputusan pengusaha, reaksi-reaksi pengusaha terhadap perubahan laba. Siklus-bisnis terdiri beberapa tahap, yakni resesi, depresi, pemulihan dan masa-masa makmur (boom).
  2. John R. Commons seorang pelopor ajaran ekonomi kelembagaan di Universitas Wisconsin. Commons mencoba untuk melakukan perubahan sosial, penyempurnaan struktur dan fungsi pendidikan di kampusnya, dan banyak memberikan sumbangan dalam ekonomi perburuhan. Pandangannya terhadap ekonomi ortodoks adalah penolakannya pada lingkungan ekonomi yang sempit, statik, dan mencoba memasukkan segi-segi kejiwaan, sejarah, hukum, sosial dan politik dalam pembahasannya. Teori harga dalam ekonomi ortodoks hanya berlaku dalam kondisi-kondisi khusus. Dalam pasar ekonomi ortodoks terjadi pertukaran, tetapi bukan hubungan pertukaran. Dia membagi tiga macam transaksi dalam pasar, yakni transaksi pengalihan hak milik kekayaan, transaksi kepemimpinan, dan transaksi distribusi. Dalam transaksi tersebut, melibatkan aspek-aspek kebiasaan, adat, hukum dan kejiwaan.
  3. Pandangan pemikiran J.A. Hobson tentang kritiknya terhadap ekonomi ortodok, yaitu ada tiga kelemahan teori ekonomi ortodoks yang ditemukannya, yakni tidak dapat menyelesaikan masalah full employment yang dijanjikan teori ekonomi ortodoks, distribusi pendapatan yang senjang, dan pasar bukanlah ukuran terbaik untuk menentukan ongkos sosial. Adanya ekonomi normatif dan positif tidak disetujuinya, oleh karena keduanya mengandung unsur etika, hipotesis tentang timbulnya imperialisme, karena terjadi under consumption dan over saving di dalam negeri, maka diperlukan penanaman modal ke daerah-daerah baru. Pengeluaran pemerintah dan pajak dapat mendorong ekonomi ke arah full employment, dan meningkatkan pendapatan pekerja dan peningkatan produktivitas. Pembayaran terhadap faktor-faktor produksi dapat ditentukan atas kebutuhan cukup untuk meningkatkan produktivitas dan dengan memberikan kelebihan yang tidak produktif. Dengan semakin meratanya pembagian pendapatan akan mendorong peningkatan produktivitas, meningkatnya konsumsi, dan akan terhindarlah ekonomi dari resesi.
Inovasi, Drama Asia dan Kapitalisme Amerika
  1. Pemikiran yang paling menonjol dari Schumpeter tentang pembahasan ekonomi jangka panjang terlihat dalam analisisnya baik mengenai terjadinya inovasi komoditi baru, maupun dalam menjelaskan terjadinya siklus-bisnis. Keseimbangan ekonomi yang statik dan stasioner itu mengalami gangguan dengan adanya inovasi, namun gangguan itu berusaha mencari keseimbangan baru. Inovasi akan terhenti kalau kapten industri (wiraswasta) telah terlihat dengan persoalan-persoalan rutin. Walaupun Schumpeter menggunakan andaian-andaian ekonomi ortodoks, tetapi dia memasukkan aspek dinamik dengan mengkaji terjadinya fluktuasi bisnis, di mana terjadi resesi, depresi, recovery, dan boom. Invensi dan inovasi merupakan kreativitas yang bersifat destruktif. Penemuan hari ini dapat dihancurkan oleh penemuan esok, tetapi ekonomi tetap tumbuh.
  2. Pemikiran Gunnar Myrdal seorang ekonomi Swedia yang terbesar dewasa ini tertarik dengan pengkajian sosiologi. Dia mempelajari sebab-sebab terjadinya kemiskinan di negeri-negeri maju dan yang sedang berkembang. Dalam mengatasi persoalan-persoalan itu tidak dapat hanya dengan teori-teori ekonomi ortodoks, oleh karena teori itu terlalu sempit. Perencanaan ekonomi di negeri-negeri yang sedang berkembang akan mengarahkan pembangunan yang jelas, dan perencanaan itu meliputi segala aspek, yakni ekonomi, pendidikan, kesehatan, kependudukan, dan semua sektor. Alat analisisnya seperti yang dilakukan oleh Mitchell, yakni sebab-musabab yang bersifat kumulatif. Jadi, kekuatan-kekuatan politik, ekonomi, sosial dan kejiwaan dapat berhimpun menjadi sebab kejadian yang merugikan atau yang menguntungkan pembangunan.
  3. John Keyneth Galbraith menjelaskan perkembangan ekonomi kapitalis di AS, yang tidak sesuai dengan ramalan-ramalan yang bersifat manipulatif dari teori ekonomi ortodoks. Andaian-andaian ekonomi ortodoks menurut Galbraith ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya. Tidak ada lagi persaingan sempurna, pasar telah dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan ini menentukan selera konsumen. Kekuasaan konsumen telah tidak berarti sehingga timbul dependent-effect pemilik modal telah terpisah dengan para manajer yang profesional, dan para manajer ini telah menjadi technostructure masyarakat. Konsumsi masyarakat telah menjadi tinggi, tetapi sebaliknya terjadi pencemaran lingkungan, dan kualitas barang-barang swasta tidak dapat diimbangi oleh barang-barang dan jasa publik. Kekuatan-kekuatan perusahaan besar dikontrol oleh kekuatan pengimbang seperti kekuatan buruh, pemerintah, dan lembaga-lembaga konsumen. Namun demikian, untuk menjamin kelanjutan kekuasaan perusahaan- perusahaan ini, mereka meminta pemerintah untuk menstabilkannya.
Sumber Buku Sejarah Teori-teori Ekonomi Karya Disman
v  PERBEDAAN PANDANGAN KEYNESIAN DAN MONETARIS
Dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi kubu keynesian lebih menyukai kebijaksanaan fiskal yg bersifat ekspansif. Sementara itu, kubu monetaris lebih menyukai kebijaksanaan moneter yg kontraktif-konservatif. Namun keduanya sama-sama melihat perekonomian dari sisi permintaan. Aliran sisi penawaran percaya bahwa yg harus diberi perhatian utama bukan segi permintaan seperti yg dilakukan kubu keynesian maupun monetaris melainkan sisi penawaran. Motto kerja aliran sisi penawaran, lebih baik meningkatkan pendapatan nasional melalui pemanfaatan sumber daya penuh, daripada mencoba menekan atau meredakan fluktuasi ekonomi. Kesempatan kerja penuh sangat besar artinya bagi pemikr-pemikir aliran sisi penawaran. Dlm mengatasi inflasi dan pengangguran, jalur yg ditempuh oleh aliran sisi penawaran melalui program penurunan pajak. Alasannya turunnya pajak akan menambah gairah investasi, yg akan mendorong peningkatan dlm produksi. Dengan meningkanya produksi, masalah pengangguran dapat diatasi, dan sekaligus inflasi dapat diredakan. Tekanan utama aliran penawaran adalah kebijaksanaan pertumbuhan jangka panjang. Hal itu dilakukan dengan mempromosikan kesempatan kerja penuh dan perubahan teknologi. Robert A. Mundel juga disebut sebagai peletak dasar “ekonomi sisi penawaran” Mundel menawarkan penggunaan kombinasi kedua kebijakan fiskal dan moneter. Kebijakan moneter dilakukan dlm bentuk kebijakan uang ketat untuk membendung inflasi. Kebijakan fiskal dilaksanakan dengan menggunakan program pengurangan pajak untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Mundel berjasa mengatasi penyakit stagflasi serta kontribusinya dlm meletakkan dasar bagi teori yg mendasari kebijakan praktis dlm perekonomian terbuka, perdagangan internasional.
BAB III
PENUTUP
v  KESIMPULAN
Kesimpulannya, pemikir-pemikir aliran sisi penawaran mempercayai bahwa dampak positif penggunaan dana sendiri oleh swasta terhadap peningkatan output nasional,perluasan kesempatan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat lebih besar  dibandingkan dengan keadaan ketika pajak dikumpulkan terlebih dahulu untuk kemudian dialokasikan oleh pemerintah untuk berbagai program pembangunan Pendekatan sisi penawaran lebih dianggap sebagai perkembangan dlm kebijaksanaan ekonomi daripada teori ekonomi. Hal ini tidak lain karena pendekatan sisi penawaran ini tidak dianggap sebagai teori umum sebagaimana yg ada pada teori-teori klasik atau keynes
















DARTAR PUSTAKA

·         Perkembangan ilmu ekonomi, Karya DRM Winardi, SE Penerbit Tarsito, Bandung 1993
·         Mankiw N Gregory, Pengantar Ekonomi Makro Edisi 3, Penerbit Salemba Empat 2006
·         Alvin Hansen n Mc Graw Hilla: a giude to keynes 1953 GEORGE SOUL, ideas of the great economicst


Komentar

HTML Comment Box is loading comments...