Rabu, 30 November 2011

ES-F: Pengembangan Sektor Pertanian


Bab I
Pendahuluan

·        Latar belakang
Tak banyak orang mengetahui tentang perkembangan perekonomian di Indonesia. Salah satu sektor yang mengalami perkembangan adalah sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia kini mulai mengalami kemajuan.
Di Indonesia hubungan antara sektor pertanian dengan pembangunan nasional pada dasarnya merupakan hubungan yang saling mendukung. Pembangunan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, sedangkan mayoritas masyarakatnya hidup di pedesaan dengan jumlah terbesar bermata pencaharian di sektor pertanian.
Struktur perekonomian Indonesia sekarang adalah refleksi dari arah perekonomian yang dilakukan di masa lalu. Era orde baru dan era reformasi juga telah menunjukkan bahwa sektor pertanian masih menjadi sektor penting yang membuka banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Sektor pertanian juga menyediakan pangan bagi masyarakat Indonesia.
Akan tetapi, dibalik perkembangan sektor pertanian tersebut masih ada permasalahan-permasalahan yang harus dihadapi masyarakat dan juga pemerintah. Permasalahan dan perkembangan apa saja yang sedang terjadi saat ini akan dijelaskan pada bab pembahasan dalam makalah kami.

·        Rumusan masalah
·        Bagaimana peranan sektor pertanian ?
·        Bagaimana kinerja sektor pertanian ?
·        Bagaimanakah nilai tukar petani ?
·        Adakah keterkaitan produksi antara sektor pertanian dengan sektor-sektor ekonomi lainnya ?



Bab II
Pembahasan

A.     Peranan sektor pertanian
Mengikuti analisis klasik kusnets (1964), pertanian di LDCs dapat dilihat sebagai suatu sektor ekonomi yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional, yaitu sebagai berikut.

1. ekspansi dari sektor-sektor ekonomi lainnya sangat tergantung pada pertumbuhan output di sektor pertanian, baik dari sisi permintaan sebagai sumber pemasokan makanan yang kontinu mengikuti pertumbuhan penduduk,maupun dari sisi penawaran sebagai sumber bahan baku bagi keperluan produksi di sektor-sektor lain seperti industri manufaktur (misalnya industri makanan dan minuman) dan perdagangan. Kusnetz menyebutkan ini kontribusi produk.

2. di Negara-negara agraris seperi Indonesia,pertanian berperan sebagai sumber penting bagi pertumbuhan permintaan domestik bagi produk-produk dari sektor-sektor ekonomi lainnya. Kusnets menyebutkan kontribusi pasar

3. sebagai suatu sumber modal untuk inventasi di sektor-sektor ekonomi lainnya. Selain itu, menurut teori penawaran tenaga kerja (L) tak terbatas dari arthur lewis dan telah terbukti dalam banyak kasus, bahwa dalam proses pembangunan ekonomi terjadi transfer surplus L dari pertanian (pedesaan) ke industri dan sektor-sektor perkotaan lainnya.kusnets menyebutkan kontribusi faktor-faktor produksi.

4. sebagai sumber penting bagi surplus neraca perdagangan (sumber devisa),baik lewat ekspor hasil-hasil pertanian maupun dengan peningkatan produksi pertanian dalam negeri menggantikan impor (subtitusi impor). Kusnet menyebutkan kontribusi devisa.



B.  Kinerja sektor pertanian
1.kontribusi pasar
Negara agraris dengan proporsi populasi pertanian (petani dan keluarga) yang besar seperti indonesia merupakan sumber sngat penting bagi pertumbuhan pasar domestik produk-produk dari sektor-sektor non pertanian,khususnya industri manufaktur.
Peranan sektor pertanian lewat kontribusi pasarnya terhadap diversifikasi dan pertumbuhan output sektor-sektor non pertanian sangat tergantung pada dua faktor .
A. dampak dari keterbukaan ekonomi dimana pasar domestik tidak hanya diisi oleh barang-barang buatan dalam negeri,tetapi juga barang-barang impor. Di dalam sistem ekonomi tertutup, kebutuhan petani akan barang-barang nonmakan mau tidak mau harus dipenuhi oleh industri di dalam negeri. Jadi secara teoritis efek dari pertumbuhan permintaan di pasar domestik terhadap  perkembangan dan pertumbuhan industri domestik terjamin sepenuhnya.
B.jenis teknologi yang digunakan di sektor pertanian yang menetukan tinggi rendahnya tingkat mekanisasi atau modernisasi di sektor tersebut. Permintaan terhadap barang-barang produsen buatan industri dari kegiatan-kegiatan pertanian tradisional lebih kecil dibandingkan permintaan dari sektor pertanian yang sudah modern.

2. kontribusi devisa
Kontribusi sektor pertanian terhadap peningkatan devisa adalah lewat peningkatan ekspor (X) dan pengurangan tingkat ketergantungan negara tersebut terhadap impor (M) atas komditi-komditi pertanian. Kontribusi sektor terhadap X juga bersifat bersifat tidak langsung, misalnya lewat peningkatan X atau pengurangan M produk-produk berbasis pertanian seperti makanan dan minuman, tekstil dan produk-produknya, barang-barang dari kulit, ban mobil, obat-obatan, dan lain-lain.
Akan tetapi, peran sektor pertanian dalam peningkatan devisa bisa kontradiksi dangan perannya dalam bentuk kontribusi produk. Yakni, kontribusi produk dari sektor pertaian terhadap pasar dan industri domestik bisa tidak besar karena sebagian besar produk pertanian di ekspor dan sebagian besar kebutuhan pasar dan industri domestik disuplai oleh produk-produk impor. Dalam kata lain usaha peningkatan X pertanian bisa berakibat negatif terhadap pasokan pasar dalam negeri, atau sebaliknya,usaha memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri bisa menjadi suatu faktor penghambat bagi pertumbuhan X pertanian.

            Untuk menghindari trade –off  seperti ini, maka ada dua hal yang perlu dilakukan di sektor pertanian, yakni menambah kapasitas produksi di satu sisi, dan meningkatkan daya saing produk-produknya di sisi lain. Namun, bagi banyak LDCs termasuk indonesia melaksanakan dua pekerjaan tidak mudah, terutama karena keterbatasan teknologi,SDM.

3. kontribusi faktor-faktor produksi
            Ada dua faktor produksi ysng dspst dialihkan dari pertanian ke sektor-sektor nonpertanian,tanpa harus mengurangi volume produksi(produktivitas)
Di sektor pertama. Pertama, L: didalam teori arthur lewis dikatakan bahwa pada saat pertanian mengalami surplus L yang menyebabkan tingkat produktivitas dan pendapatan riil per L di sektor tersebut rendah, akan terjadi transfer L dari pertanian ke industri. Sebagai dampaknya, kapasitas dan volume produksi di sektor industri meningkat. kedua, modal: surplus pasar di sektor pertanian bisa menjadi salah satu sumber 1 di sektor-sektor lain.
Di indonesia, keterkaitan investasi (I) antara sektor pertanian dengan sektor-sektor nonpertanian sangat perlu ditingkatkan terutama untuk mengurangi ketergantungan indonesia pada pinjaman luar negeri. Akan tetapi agar peran pertanian tersebut dapat direalisasikan, ada beberapa kondisi yang harus terpenuhi. Pertama, petani-pertani harus menjual sebagian dari outputnya ke luar sektornya ,kedua petani-petani harus merupakan penabung neto, ketiga, tabungan para petani harus lebih besar dari pada kebutuhan investasi di sektor pertanian
4.kontribusi produksi
Dalam system ekonomi terbuka, besar kontribusi produk sector pertanian bisa lewat pasar dan lewat produksi dg sektor non pertanian.
§ Dari sisi pasar, Indonesia menunjukkan pasar domestic didominasi oleh produk pertanian dari LN seperti buah, beras & sayuran hingga daging.
§ Dari sisi keterkaitan produksi, Industri kelapa sawit & rotan mengalami kesulitan bahan baku di dalam negeri, karena BB dijual ke LN dengan harga yg lebih mahal.
C.  Nilai tukar petani
·        Pengertian Nilai Tukar
Yang dimaksud dengan nilai tukar adalah nilai tukar suatu barang dengan barang lain, jadi suatu rasio harga (nominal atau indeks) dari dua barang yang berbeda. Sebagai contoh sederhana, misalnya ada dua jenis barang: A dan B dengan harga masing-masing PA = 10 dan PB = 20. Maka nilai tukar barang A terhadap barang B adalah rasio (PA/ PB)x100% = ½. Rasio ini menunjukan bahwa untuyk mendapatkan ½ unit B harus ditukar dengan 1 unit A (atau 1 unit B ditukar dengan 2 unit A). Rasiao ini dapat juga diartikan sebagai berikut. Didalam suatu ekonomi dengan SDA, SDM, K, T, E dan input-input produksi lainnya yang ada tetap tidak berubah, biaya alternatif dari membuat ½ unit B adalah harus mengorbankan (tidak membuat) 1 unit A. Semakin kuat posisi tawar barang A (misalnya PA naik dengan laju lebih tinggi daripada kenaikan PB), semakin tinggi nilai rasio tersebut, dan sebaliknya semakin rendah.
Didalam literatur perdagangan internasional, pertukaran dua barang yang berbeda di pasar dalam negeri dalam nilai mata uang nasional disebut dasar tukar dalam negeri, sedangkan di pasar internasional dalam nilai mata uang internasional (misalnya dolar AS) disebut dasar tukar internasional atau umum dikenal dengan terms of trade (ToT). Jadi, ToT adalah harga relatif ekspor terhadap harga impor, atau rasio antara indeks harga ekspor terhadap indeks harga M.
Sedangkan, pengertian nilai tukar petani (NTP) sedikit berbeda dengan ToT diatas. NTP hanya menunjukan perbedaan antara harga output pertanian dengan harga input pertanian, bukan harga barang-barang lain seperti pakaian, sepatu, dan makanan. Atau lebih jelasnya, NTP adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani, yakni indeks harga input-input yang digunakan untuk bertani, misalnya pupuk. Berdasarkan rasio ini, maka dapat dikatakan semakin tinggi NTP, semakin baik profit yang diterima petani atau semakin baik posisi pendapat petani.
·        Perkembangan NTP di Indonesia
NTP berbeda menurut wilayah/provinsi karena adanya perbedaan inflasi (laju pertumbuhan indeks harga konsumen), sistem distribusi pupuk dan input-input pertanian lainnya, serta perbedaan titik ekuilibriumpasar untuk komoditas-komoditas pertanian. Ekuilibrium pasar itu sendiri dipengaruhi oleh kondisi penawaran dan permintaan di wilayah tersebut. Dari sisi penawaran, faktor penentu utama adalah volume atau kapasitas produksi di sektor pertanian (ditambah dengan impor kalau ada), sedangkan dari sisi permintaan terutama adalah jumlah penduduk (serta komposisinya menurut umur dan jenis kelamin) dan tingkat pendapatan riil masyarakat rata-rata per kapita.
Semua sektor perekonomian Indonesia pada Triwulan III-2011 mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan terbesar terjadi pada Sektor Pertanian sebesar 5,0 persen, terutama karena terjadinya pertumbuhan yang cukup tinggi pada Subsektor Perkebunan sebesar 22,0 persen.
Nilai Tukar Petani (NTP) pada bulan Februari 2011 tercatat 103,33 atau naik 0,31 persen dibanding NTP Januari 2011 yang sebesar 103,01. Kenaikan NTP bulan ini disebabkan naiknya NTP di empat subsektor yaitu Tanaman Pangan, Hortikultura,Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perikanan masingmasing sebesar 0,33 persen; 0,05 persen; 1,10 persen; dan 0,04 persen.

·        Penyebab Lemahnya NTP
Sebelumnya, telah dijelaskan bahwa perubahan NTP disebabkan oleh perubahan IT dan atau IB. Oleh karena itu, pengkajian terhadap penyebab lemahnya NTP dapat dilakukan dengan menganalisis faktor-faktor penyebab rendahnya IT dan faktor-faktor penyebab tingginya IB. Faktor-faktor tersebut dapat berbeda menurut jenis komoditas. Misalnya, dari sisi IT, jelas beras dan jeruk berbeda dalam pola persaingannya. Di Indonesia, petani beras dalam negeri mengalami persaingan yang sangat ketat, termasuk dengan beras impor. Karena beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia, yang artinya selalu ada permintaan dalam jumlah besar, maka semua petani berusaha menanam padi atau memproduksi beras saja. Hal ini membuat harga beras dipasar domestik cenderung menurun hingga (pada titik ekuilibrium jangka panjang) sama dengan biaya marjinal, atau sama dengan biaya rata-rata per unit output. Ini artinya bahwa IT akan sama dngan IB, dan berarti keuntungan petani nol. Sedangkan jeruk bukan merupakan suatu barang kebutuhan pokok sepenting beras, sehingga walaupun harganya baik tidak semua petani ingin menanam jeruk.
Sektor pertanian menjadi sektor penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Seiring dengan berkembangnya perekonomian bangsa, maka kita mulai mencanangkan masa depan Indonesia menuju era industrialisasi, dengan pertimbangan sektor pertanian kita juga semakin kuat.
Seiring dengan transisi (transformasi) struktural ini sekarang kita menghadapi berbagai permasalahan. Di sektor pertanian kita mengalami permasalahan dalam meningkatkan jumlah produksi pangan, terutama di wilayah tradisional pertanian di Jawa dan luar Jawa. Hal ini karena semakin terbatasnya lahan yang dapat dipakai untuk bertani. Perkembangan penduduk yang semakin besar membuat kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan berbagai sarana pendukung kehidupan masyarakat juga bertambah. Perkembangan industri juga membuat pertanian beririgasi teknis semakin berkurang.
Selain berkurangya lahan beririgasi teknis, tingkat produktivitas pertanian per hektare juga relatif stagnan. Salah satu penyebab dari produktivitas ini adalah karena pasokan air yang mengairi lahan pertanian juga berkurang. Banyak waduk dan embung serta saluran irigasi yang ada perlu diperbaiki. Hutan-hutan tropis yang kita miliki juga semakin berkurang, ditambah lagi dengan siklus cuaca karena pengaruh pemanasan global semakin mengurangi pasokan air yang dialirkan dari pegunungan ke lahan pertanian.

D. Keterkaitan produksi antara sektor pertanian dengan sektor-sektor ekonomi lainnya
Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu penyebab krisis ekonomi di Indonesia tahun 1997 adalah karena kesalahan industrialisasi selama Orde Baru yang tidak berbasis pada pertanian. Selama krisis ekonomi juga terbukti bahwa sektor pertanian masih mampu mengalami laju pertumbuhan yang positif, walaupun dalam presentasi yang kecil sedangkan sebagian besar sektor-sektor ekonomi lainnya termasuk industri manufaktur, mengalami laju pertumbuhan yang negatif di atas satu digit. Sebagai contoh, Inggris mengalami revolusi industri pada abad ke-18.
Sudah cukup banyak pembahasan teoretis mengenai keterkaitan sektor pertanian dengan sektor-sektor ekonomi lainnya, terutama industri. Juga sudah cukup banyak studi kasus di negara-negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin yang membuktikan betapa pentingnya sektor pertanian bagi perkembangan dan pertumbuhan output  di sektor industri.Keterlibatan antara dua sektor tersebut terutama didominasi oleh efek keterkaitan pendapatan disusul kemudian oleh efek keterkaitan produksi; sedikit bukti mengenai keterkaitan investasi.
Pertanian tepat dikatakan sebagai sektor andalan bagi perekonomian nasional,yang berarti juga sebagai motor utama penggerak sektor industri. Konsep dasarnya adalah sebagaimana yang dapat dikutip dari Simatupang dan Syafaat (2000,hal 9) sebagai berikut. Sektor andalan perekonomian adalah sektor yang memiliki ketangguhan dan kemampuan tinggi . Sektor andalan merupakan tulang punggung (backbone) dan mesin penggerak perekonomian (engine of growth), sehingga dapat pula disebut sebagai sektor kunci atau sektor pemimpinI (leading sector) perekonomian nasional.
Sebaliknya, lewat keterkaitan produksi, industri manufaktur bisa memainkan suatu peran yang penting untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan sektor pertanian sesuai keunggulan komparatifnya. Contoh konkretnya adalah industri agro seperti industri makanan dan minuman, industri rokok, dan industri  yang membuat produk-produk dari kayu, rotan, karet dan bambu.

E.Kinerja dan Peran Sekor Pertanian di Indonesia
1.Pertumbuhan output sejak tahun 1970-an
Tabel 1
Distribusi PDB menurut sektor (harga konstan 1993): 1993-2001(%)
SEKTOR
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
Pertanian
17,9
16,7
16,1
15,4
15,0
18,1
19,6
17,0
16,4
pertambangan
9,5
9,4
9,3
9,2
8,8
12,6
10,0
13,8
13,6
Industri manufaktur
22,3
23,3
23,9
24,7
24,7
25,0
26
26,2
26,0
Listrik,gas &air
1        
1
1,1
1,2
1,3
1,2
1,2
1,2
1,2
Bangunan
6,8
7,3
7,6
8
8,2
6,5
6,2
5,9
5,6
Transportasi&
Komunikasi
7,1
7,1
7,1
7,2
7,3
5,4
5
5
5,4
Bank &  keuangan
4,3
4,5
4,7
4,6
4,6
3,3
2,8
2,8
2,8

Mungkin sudah merupakan suatu evolusi alamiah seiring dengan proses industrialization, dimana pangsa output agregat (PDB) dari pertanian relative menurun sedangkan dari industri manufakur dan sektor-sektor sekunder lainnya dan sektor tersier meningkat. Perubahan struktur ekonomi seperti ini juga terjadi di Indonesia. Seperti yang anda lihat di tabel 1, selama periode 1990-an pangsa PDB dari pertanian mengalami penurunan dari sekitar 17,9% tahun 1993 menjadi 16,4% tahun 2001, sedangkan, pangsa PDB dari industri manufaktur selama kurun waktu yang sama meningkat dari 22,3% menjadi 26%. Penurunan kontribusi output dari pertanian terhadap pembentukan PDB ini bukan berarti bahwa volume produksi di sektor tersebut berkurang (pertumbuhan negatif) selam periode tersebut tetapi laju pertumbuhan output-nya lebih lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan output di sektor lainya. Hal bisa terjadikarena secara rata-rata,elastisitas pendapatan dari permintaan terhadap komoditas pertanian lebih kecil daripada elastisitas pendapatan dari permintaan terhadap produk produk-produk dari sektor-sektor lain,seperti barang-barang industri. Jadi,dengan peningkatan pendapatan, laju pertumbuhan permintaan terhadap komoditas pertanian lebih kecil daripada terhadap barang-barang industri.

Table 2
Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah)
Lapangan usaha
2004

2005
2006
2007
2008*
2009**
Pertanian
247,163.6
253,881.7
262,402.8
271,509.3
284,620.7
296,369.3
Pertambangan
160,100.5
165,222.6
168,031.7
171,278.4
172,442.7
179,974.9
Industri Pengolahan
469,952.4
491,561.4
514,100.3
538,084.6
557,764.4
557,764.4
Listrik, Gas & Air Bersih
10,897.6
11,584.1
12,251.0
13,517.0
14,993.6
17,059.8
Trnsportasi & komunikasi
96,896.7
109,261.5
124,808.9
142,326.7
165,905.5

191,674.0
Bank
68,295.0
71,366.9
72,474.4
78,241.0
84,039.5
86,057.5
Sumber-sumber : BPS
Tabel diatas menunjukkan bahwa output sektor pertanian  menunjukkan peningkatan akan tetapi masih kalah besar dengan sektor industri.
2. Pertumbuhan dan Diversifikasi Ekspor
Tabel 3
Perkembangan nilai ekspor hasil perikanan (juta dolar AS)
Komoditi
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
Getah karet
44
42
42
46
32
19
11
8
8
Udang
872
697
596
589
504
579
459
312
183
Rempah-rempah
132
137
214
158
235
278
374
315
174
Mutiara
 17     
21
12
12
15
23
21
26
25
Sayuran
47
48
43
39
24
16
28
28
30
Buah-buahan

62
29
30
48
47
42
78
56
32
Ikan
445
329
372
375
381
358
403
359
359

            Komoditas pertanian Indonesia yang diekspor cukup bervariasi mulai dari getah karet,kopi,udang,rempah-rempah,hingga berbagai macam sayur dan buah. Selama 1993-2001, nilai ekspor (X) dari komoditas-komoditas ini rata-rata per tahun hampir mencapai 3 miliar dolar. Diantara komoditi-komoditi tersebut ,yang paling besar nilai ekspornya adalah dengan rata-rata sedikit diatas 1 miliar dolar AS selama periode yang sama.Udang memang merupakan komoditas perikanan terpenting dalam X hasil perikanan indonesia.
            Namun dilihat dalam total X nasional,kontribusi pertanian terhadap pembentukan jumlah X nasioanl sangat kecil. Pada tahun 2002 hanya 4,47% dibandingkan besarya sumbangan dari industri manufaktur yang mencapai hampir 69%.




Tabel 4
Nilai ekspor indonesia menurut sektor: januari-mei 2001 dan 2002

Nilai fob (juta dolar AS)
% perubahan
jan-mei
% peran terhadap total

Jan-mei 2001|| jan-mei2002
2002 thd 2001
Eksporjan-mei 2002
Migas
5.906,4         || 4..689,3
-9,05
21,04
Nonmigas
18.596,8       ||  17.595,9
-20,61
78,96
Pertanian
      991,2      || 995,0
-5,38
4,47
Industri
16.009,3       || 15.312,2
-0,38
68,71
pertambangan
        1.596,3 ||1.288,7
-4,35
5,78

            Struktur X ini memang sesuai prediksi dari teori pembangunan ekonomi yang hipotesisnya adalh bahwa dalm suatu proses pembangunan ekonomi jangka panjang,semakin tinggi pendapatan per kapita,semakin kecil peran dari sektor-sektor primer, yakni pertambangan dan pertanian, dan semakin besar peran dari sektor-sektor sekunder,seperti industi manufaktur dan sektor-sektor tersier dalam ekonomi. Peran ini bisa dilihat dari kontribusi tehadap pembentukan PDB dan X total. Semakin tinggi tingkat pembangunan ekonomi, semakin penting peran tidak langsung dari sektor pertanian, yakni sebagai pemasok bahan baku bagi sektor industri manufaktur dan sektor-sektor ekonomi lainnya.

3.kontribusi terhadap kesempatan kerja
            Sudah diduga bahwa di suatu negara agraris besar seperti indonesia, dimana ekonomi dalam negerinya masih didominasi oleh ekonomi pedesaan, sebagian besar dari jumlah angkatan/ tenaga kerja (L) bekerja di pertanian. Seperti pada tabel 5,tahun 1982 jumlah L yang diserap oleh sektor tersebut tercatat 31,6 juta orang (50%). Sebagai suatu perbandingan pada tahun yang sama industri manufaktur hanya mengerjakan sekitar 6 juta orang lebih (10 %). Pada tahun 2000, jumlah orang yang bekerja di pertanian bertambah menjadi 40,7% juta orang lebih, namun masihg kecil jika dibandingkan denganjumlah pekerja di sektor tersebut pada awal tahun 1990-an,yakni sekitar 41 juta orang.
            Kalau dilihat pola perubahan kesempatan kerjavdi pertanian dan industri manufaktur selama periode tersebut, pangsa kesempatan kerja dari sektor pertama menunjukkan suatu tren pertumbuhan yang menurun, sedangkan di sektor kedua meningkat ( lihat tabel 5). Perubahan struktur kesempatan kerja ini sesuai dengan apa yang diprediksi oleh teori mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi dalam suatu proses pembangunan ekonmi jangka panjang.
Tabel 5
Kesempatan kerja menurut beberapa sektor: 1982,1991,2000 (juta orang)
PERIODE
PERTANIAN
INDUSTRI
PERTAMBANGAN
LAINNYA
Total
1982
31,6
6
0,4
19,8
57,8
1991
41,2
8
0,6
26,7
76,4
2000
40,7
11,6
0,5
37,1
89,8

4.ketahanan pangan
            Di indonesia, ketahanan pangan merupakan salah satu topik yang sangat penting bukan saja dilihat dari nilai-nilai ekonomi dan sosial, tetapi masalah ini mengandung konsekuensi politik yang sangat besar. Apabila dalam kelangsungan suatu kabinet pemerintahan atau stabilitas politik di dalam negeri,apabila indonesia terancam kekurangan pangan atau kelaparan. Ketahanan pangan menjadi penting karena indonesia adalah salah satu anggota organisasi perdagangan dunia (WTO) . Artinya, di satu sisi, pemerintah harus memperhatikan kelangsungan produksi pangan di dalam negeri demi menjamin ketahanan pangan, namun, di sisi lain, apabila indonesia tidak siap ,keanggotaan indonesia dalam WTO bisa membuat indonesia menjadi sangat tergantung pada impor pangan, dan ini dapat mengancam ketahanan pangan di dalam negeri.
            Undang-undang (UU) No.7 Tahun 1996 tentang pangan, pasal 1 ayat 17 menyebutkan bahwa” ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga (RT) yang tercemin dari tersediannya pangan yang cukup , baik jumlah maupun mutunya,aman,merata,dan terjangkau”. UU ini sejalan dengan definisi ketahanan pangan menurut organisasi pangan dan pertanian PBB (FAO) dan organisasi dapat memperoleh pangan pada setiap waktu untuk keperluan hidup yang sehat. Implikasi kebijakan dari konsep ini adalah bahwa pemerintah, di satu pihak, berkewajiban menjamin kecukupan pangan dalam arti jumlah, dengan mutu yang baik serta stabilitas harga dan di pihak lain, peningkatan pendapatan masyarakat, khususnya dari golongan berpendapatan rendah.
a. kebutuhan pangan nasional
            Para ahli memperkirakan bahwa dengan laju pertumbuhan penduduk di dunia yang tetap tinggi setiap tahun, sementara lahan yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan pertanian semakin sempit, maka pada suatu saat dunia akan mengalami krisis pangan. Krisis pangan bisa diakibatkan oleh dua hal volume produksi rendah, sementara permintaan besar karena jumlah penduduk dunia bertambah terus atau akibat distribusi yang tidak merata ke seluruh dunia.
            Menurut prediksi dari FAO, untuk 30 tahun ke depan, peningkatan produksi pangan akan lebih besar dari pada pertumbuhan penduduk dunia. Peningkatan produksi pangan yang tinggi itu akan terjadi di DCs. Selain kecukupan pangan, kwalitas makanan juga akan membaik. Menurut data dari FAO, dalm 30 tahun belakangan ini peningkatan produksi pangan di dunia rata-rata per tahun mencapai 2,1%, sedangkan laju pertumbuhan penduduk dunia hanya 1,6% per tahun. Selama periode 2000-2015 peningkatan produksi pangan diperkirakan akan menurun akan mejadi rata-rata 1,6 per tahun, namun masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk dunia yang diprediksi 1,2% per tahun. Untuk periode 2015-2030 FAO memperkirakan produksi pangan akan tumbuh lebih rendah lagi yakni 1,3% pertahun tetapi masih lebih tinggi daripada pertumbuhan penduduk dunia sebesar 0,8%  pertahun. Produksi biji-bijian dunia akan meningkat sebesar 1 miliar ton selama 20 tahun ke depan, dari 1,84 miliar ton di tahun 2000 menjadi 2,84 miliar ton di tahun 2030.
            Walupaun demikian, lebih besarnya tingkat pertumbuhan volume produksi pangan dunia dibandingkan laju pertumbuhan penduduk dunia bukan berarti tidak ada orang yang akan kekurangan pangan. Bahkan sebaliknya, menurut perkiraan FAO jumlah penduduk dunia yang kekurangan pangan akan meningkat, dan pada tahun 2015 diperkirakan sebanyak 580 jiwa. Masih akan banyak penduduk dunia mengalami kekurangan pangan, sehingga memberi kesan bahwa masalah pangan dunia bukan masalah keterbatasan produksi (seperti dala pemahaman Malthus). Tetapi masalah produksi .

a.faktor-faktor determinan
            kemampuan indonesia meningkatkan produksi pertanian untuk swasembada dalam penyediaan pangan. Sangat ditentukan oleh banyak faktor, eksternal maupun internal. Satu-satunya faktor eksternal yang tidak bisa dipengaruhi oleh manusia adalah iklim; walaupun dengan kemajuan teknologi saat ini pengaruh negatif dari cuaca buruk terhadap produksi pertanian bisa diminimalisir. Dalam penelitian empiris, faktor iklim biasannya dilihat dalam bentuk banyaknya curah hujan (milimeter). Curah hujan mempengaruhi pola produksi, pola panen dan proses pertumbuhan tanaman .16 sedangkan faktor-faktor internal, dalam arti bisa dipengaruhi manusia, diantaranya yang penting adalah luas lahan,bibit,berbagai macam pupuk (urea,TSP,KCL), pestisida, ketersediaan, dan kwalitas infrastruktur termasuk irigasi,jumlah dan kwalitas L (SDM),K dan T. Hingga saat ini sudah cukup banyak studi yang telah dilakukan mengenai pengurangan lahan pertanian di indonesia. Diantaranya adalah dari sudariyantoh yang menunjukkan bahwa lebih dari 55% lahan sawah yang mengalami pengalihan di jawa beralih fungsi menjadi pemukiman (termasuk real estate), kawasan industri dan prasarana sosial ekonomi lainnya.
b.Produksi dalam negeri dan ketergantungan 

            Bukan hanya dialami oleh indonesia, tetapi memenag secara umum ketergantungan LDSc terhadap M pangan semakin besar jika dibandingkan 20 atau 30 tahun lalu. Menurut data dari FAO, M pangan dari LDSc tahun 1995 sekitar 170 ton, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 270 ton pada tahun 2030. Sebaliknya, X produk-produk pangan dari LDSc akan semakin besar, yang oleh FAO diperkirakan akan naik dari 142 juta ton tahun 1995 menjadi 280 ton tahun 2030.
            Dalam hal beras, menurut pengakuan pemerintah, untuk mencukupi kebutuhan pangan bagi penduduk indonesia yang jumlahnya lebih dari 200 juta jiwa, setiap tahunnya indonesia harus M beras lebih dari 2 juta ton. Argumen yang sering digunakan pemerintah untuk membenarkan kebijakan M-nya adalah bahwa M beras merupakan suatu kewajiban pemerintah yang tidak bisa dihindari, karena bukan semata-mata hanya menyangkut pemberian makanan bagi penduduk tetapi juga menyangkut stabilitas nasional (ekonomi,politik,dan sosial).
M indonesia yang besar atas sejumlah komoditi pertanian membuat saldo neraca perdagangan (X-M) pertanian indonesia, khususnya tanaman pangan seperti beras,jagung,kedelai,gandum,kacang tanah dan produk-produk peternakan seperti daging,ayam, dan susu, selalu negatif setiap tahunnya , selama 1996-2000. dilihat dari volume maupun nilai (dolar AS), M tanaman pangan pada tahun 2000 didominasi oleh gandum sebanyak 3,6 juta ton dan gula sebanyak 1,7 ton , M beras hanya 0,5 juta ton.
Tabel 6
Volume dan nilai impor komoditi pangan tahun 2000
komoditi
Volume (ton)
Nilai (dolar AS)
Gandum
3.576.665
500.312.470
Jagung
1.236.764
150.012.707
Beras
505.514
131.132.613
Biji kedelai
1.277.685
275.481.226
Kacang tanah
111.284
35.601.776
Gula pasir
1.680.275
290.873.225
Bawang putih
174.702
44.120.000
Jumlah
9.869.929
1.696.280.287

Tahun 1999 beras yang diimpor bulog tercatat mencapai 1,9 juta ton, dan oleh sektor swasta lebih banyak lagi yakni  3,1 juta ton, sehingga pada tahun tersebut jumlah M beras mencapai 5 juta ton sedangkan yang dibutuhkan diperkirakan hanya 3 juta ton. Apabila M beras terus berlangsung, apalagi dengan harga yang lebih murah dibandingkan harga beras lokal maka pada akhirnya ini akan mengurangi produksi beras di dalam negeri. Bukan sebaliknya : produksi beras yang terbatas didalam negeri menyebabkan M  beras.







BAB III
Kesimpulan

 Makalah ini berisi tentang analisa pertanian sehingga membuka pikiran kita tentang seluk beluk sistem pertanian. Pertanian indonesia pada saat ini mengalami perbaikkan. Peranan sektor pertanian terbagi atas kontribusi pasar,kontribusi produksi,kontribusi faktor-faktor produksi,kontribusi devisa, empat kontribusi itulah analis pertanian membuat pertanian sebagai pokok utama sebuah negara,memang pertanian adalah sebuah kebutuhan pokok sehingga pertanian harus terpenuhi dengan segala cara untuk menghidupi warga negara.

Indonesia memiliki banyak lahan sehinnga banyak sektor pertanian, hingga ada sebuah intitut bernama pertanian. Pertanian indonesia menjadi sangat fungsional dalam negara kita. Pertanian menjadi sebuah tolak ukur pemerintah. Jika pertanian sebuah negara baik, maka pemerintah negara itu baik

Dengan inilah, pertanian merupakan salah satu beberapa masalah penting perekonomian indonesia.     


















Daftar Pustaka

Dr.tambunan tulus T.H,2001, Peranan sektor pertanian.jakarta:Ghalia indonesia




Komentar

HTML Comment Box is loading comments...